Posted by goresan refleksi on Wednesday, July 01, 2020 in Teknologi Sains | No comments

COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh novel coronavirus 2019.
Penyakit tersebut menyerang pada bagian pernafasan manusia, yaitu paru-paru.
Paru-paru yang terinfeksi oleh corona virus akan terdapat liquid (cairan) di
ruang udara dan menyebabkan kolapsnya alveoli. Liquid tersebut akan mengenai
alveoli pada paru-paru, sehingga dapat menyebabkan paru-paru kesulitan dalam
melakukan pertukaran O2 (Oksigen) dan CO2
(Karbondioksida).
Dengan adanya cairan tersebut, dapat menyebabkan penambahan redaman pada
gelombang jika dipaparkan oleh X-Ray. Kasus tersebut dapat dikategorikan
sebagai “ground glass opacities”. X-Ray dapat mendeteksi liquid menggunakan
foton. Foton yang melewati ruang hampa atau jaringan lunak akan dapat mengenai
detector sedangkan bagian lain dapat terabsorp. Sehingga, kasus ini dapat
dideteksi menggunakan CT Scan.
CT Scan (Computed Tomography Scan) merupakan alat untuk mendiagnosa
penyakit dengan membuat gambar yang lebih detail pada organ dalam, tulang,
jaringan lunak, dan peredaran darah menggunakan X-Ray. CT Scan dapat disebut
juga sebagai prosedur pencitraan x-ray terkomputerisasi di mana sinar x-ray
yang sempit ditujukan pada pasien dan dengan cepat diputar di sekitar tubuh,
menghasilkan sinyal yang diproses oleh komputer mesin untuk menghasilkan gambar
penampang atau “irisan” dari tubuh. Irisan ini disebut gambar tomografi dan
berisi informasi yang lebih terperinci daripada rontgen konvensional.
Pembentukan X-Ray pada CT Scan tidak seperti cara konvensional yang
menggunakan tabung saja, melainkan menggunakan motor yang berputar melingkar
pada bagian berbentuk donat (gantry). Selama CT Scan, pasien berbaring di
tempat tidur yang perlahan bergerak melalui gantry sementara tabung x-ray
berputar di sekitar pasien, menembakkan sinar x-ray yang sempit ke seluruh
tubuh.
Hasil CT Scan didapat dari digital X-Ray detector yang lokasinya
berlawanan dengan sumber gelombang. Hasilnya akan dideteksi menggunakan CT.
Ketebalan jaringan dapat diwakili dalam setiap irisan gambar yang bergantung
pada CT Scan. CT Scan pada bagian paru-paru menggunakan High Resolution CT
(HRCT) dengan ketebalan irisan 0,625-1,25 mm, sehingga COVID-19 dapat dideteksi
menggunakan CT Scan. Hasil gambar pada bagian paru-paru akan membentuk seperti
gumpalan awan. Gumpalan tersebut menandakan bahwa terdapat liquid pada ruang
tersebut. Hasil CT Scan selanjutnya dilakukan diagnosa lebih lanjut. Hal ini
dikarenakan gumpalan awan tidak hanya ditimbulkan oleh COVID-19, tetapi
penyakit lain seperti pneumonia.
Menurut para peneliti dari China, mereka mengatakan
bahwa hasil CT Scan dada lebih efektif dibandingkan dengan pengujian Reverse
Transkriptase PCR yang merupakan tes laboratorium untuk memperkuat dan
mendeteksi urutan DNA dan RNA pada COVID-19. Hal ini dikarenakan kebanyakan
dokter lebih mudah mendeteksi seseorang terjangkit COVID-19 melalui CT Scan.
Pasien yang terjangkit COVID-19 pada hasil CT Scan dada akan terlihat kerusakan
pada dalam dan tepian paru-paru berbeda dengan virus pada umumnya dan paru-paru
akan terlihat seperti gambar bangunan yang terbakar. Hasil CT Scan merupakan
sebuah pendekatan fisiologi untuk mendeteksi adanya kerusakan paru-paru oleh
virus ini, untuk memastikan lebih lanjut apakah benar virus ini atau bukan
perlu dilakukan tes PCR yang menggunakan pendekatan molekuler. Pengunaan CT
Scan membuat pengambilan keputusan oleh dokter lebih cepat daripada penggunaan
PCR. Meskipun begitu, pengunaan PCR masih tetap dibutuhkan untuk memastikan
apakah benar virus COVID-19 yang menyerang pasien tersebut.
COVID-19 dapat dideteksi menggunakan CT Scan, hasil CT Scan didapat dari
digital X-Ray detector yang lokasinya berlawanan dengan sumber gelombang.
Hasilnya akan dideteksi menggunakan CT. Hasil CT Scan dada lebih efektif dibandingkan dengan
pengujian Reverse Transkriptase PCR yang merupakan tes laboratorium untuk
memperkuat dan mendeteksi urutan DNA dan RNA pada COVID-19.
0 komentar:
Post a Comment